14 Feb 2010

Atas Nama Kebebasan Nge-Tweet

Saya termasuk orang yang merasakan manfaat dari Twitter. Saya bisa mendapatkan berita terbaru dari tweet* portal berita, kabar dari tweet selebritis, ilmu dari tweet para pakar, bahkan saya juga jadi tau dimana lokasi restoran paling enak hanya dengan bertanya lewat Twitter. Dengan batasan 140 karakter, pemilik akun Twitter bebas menuliskan apapun yg dia inginkan, begitupun orang lain juga bebas membaca dan menyerap apapun dari Twitter. Sayangnya kebebasan ini seringkali tidak diikuti dengan kedewasaan, menelan mentah2 info dari Twitter lalu menyebarkannya ke orang lain atau membuat topik yg sensitif adalah contohnya...

Yang paling baru adalah kehebohan di dunia Twitter sore kemarin (13/02/10). Berawal dari rumor tentang wacana fatwa haram MUI Sumsel terhadap aerobik, kemudian salah satu selebriti online @rezagunawan menulis "Tweeps, kita bermain topik baru yuk, "ayo tebak, menurut anda, hal apa berikut yg akan diharamkan MUI dan alasannya"#MUINextHaram". Langsung saja followernya yang jumlahnya ribuan itu ikut serta dalam topik #MUINextHaram. Beberapa selebriti seperti @deelestari dan @jokoanwar turut aktif berpartisipasi. Niat awalnya memang bercanda, tapi kemudian banyak isi tweet ini yang mengarah ke SARA. Dan yang paling menyedihkan, topik ini kemudian bertengger dengan anggunnya di dalam daftar trending topic**. Apakah saya bangga topik pembicaraan orang Indonesia masuk dalam jajaran topik yang paling banyak dibicarakan di ranah Twitter sedunia? TIDAK!! Apa yang bisa dibanggakan dari pembicaraan penuh lelucon tidak lucu dan mengarah ke SARA?

Yang lebih membuat saya sedih, partisipannya justru orang2 yang mengaku muslim!! Saya yakin, penganut agama apapun tidak akan terima jika agama dan organisasi agama mereka dijadikan lelucon apalagi oleh penganutnya sendiri! Lelucon sarcastic tidak akan pernah menjadi solusi, melainkan hanya membuat permasalahan jadi melebar...

Membaca isi Twitter dibawah topik #MUINextHaram membuat saya semakin sedih...
Sekarang coba kita bahas sisi tidak dewasa pengguna Twitter yg turut serta dalam #MUINextHaram menurut saya...

1. Tidak mengecek latar belakang berita
Wacana fatwa haram terhadap aerobik datang dari MUI Sumatera Selatan. Ini bentuknya masih wacana dan belum diputuskan oleh MUI pusat, sehingga kita juga tidak bisa menjudge dan mencemooh MUI secara keseluruhan. Bukankah menyebarkan berita yang salah bisa jadi fitnah?

2. Keluar dari konteks
Sering kali kita terlalu reaktif terhadap suatu masalah dan kemudian memperluas topik sehingga lari dari topik sebenarnya. Memprotes kebijakan tapi kemudian sibuk mengolok-ngolok si pembuat kebijakan, langsung menolak seluruh kebijakan padahal masalahnya hanya pada satu poin, membuat lelucon2 yang memancing masalah baru... Yang kita protes adalah poin "aerobik haram", mari fokus disitu... Cari tau apa dibalik itu, lalu berikan argumen & alternatif solusi kita tentang topik itu...

3. Latah karena pesohor
Karena topik ini datang dari seorang selebriti, kemudian orang banyak yg merasa keren dengan ikut2an tanpa menyaringnya terlebih dahulu... Ya ampun, pesohor juga manusia biasa... Apa yang mereka ucapkan tidak selalu benar dan keren, saringlah yang bermanfaat saja.. Masing-masing kita bertanggung jawab atas apa yang kita ucapkan & sebarkan meskipun itu cuma hasil mengutip ucapan orang lain...

Pada kasus lain, bertwitter juga memberikan efek permainan kata berantai. Apa yang diucapkan orang pertama bisa berbeda sampainya di orang terakhir... Contohnya: tweet si a"aktor ganteng meninggal karena over dosis, bener ga sih?", lalu si b retweet*** "hahhhhh,seriussss?!! aduh gw ngefans banget sama dia.....RT @a aktor ganteng meninggal karena over dosis, bener ga sih?", lalu si c ikut retweet "Beneran? Beritanya darimana? RT @b hahhhhh,seriussss?!! aduh gw ngefans banget sama dia......RT @a artis ganteng meninggal karena over dosis. Dan hilanglah kata "bener ga sih" di akhir kalimat... Pesan moralnya, selalu cek kalimat tweet kits sekalipun itu sebuah retweet.. :)

Tadi malam, tokoh online pak @nukman berkata "sekali dilepas pembuatnya, teks bukan menjadi miliknya, tapi milik publik dan terserah mrk membangun konteksnya". Itu poinnya!! Kita ga bisa mengatur pikiran orang lain, tapi kita bisa ngatur pikiran kita sendiri!! Sebelum melemparkan suatu isu berpikirlah terlebih dahulu.. Be wise...

Kita sering berkoar-koar atas nama kebebasan, sebenarnya kebebasan seperti apa yang kita inginkan? Kebebasan tanpa aturan? Saat seseorang menuntut kebebasan, maka ada kebebasan orang lain yang ia langgar. Seseorang bisa menuntut kebebasannya untuk merokok dimana saja, disaat yang sama dia telah melanggar kebebasan orang lain untuk menghirup udara segar. Seseorang bisa menuntut kebebasannya berpendapat semaunya, disaat yang sama ia melanggar kebebasan orang lain untuk dihargai. Selama kita hidup berinteraksi satu sama lain, maka disana akan selalu ada batasan...

Pengguna internet di Indonesia memang baru 10% dari total penduduk, tentu harapannya ada di pada kita yang aktif berinternet untuk bisa memberikan contoh pada masyarakat lainnya bagaimana berinternet dengan sehat....
Mumpung ini hari kasih sayang, yuk kita mulai nge-tweet dengan bebas namun tetap bertanggung jawab demi Indonesia yang lebih baik... ^^

*tweet: sebutan untuk postingan dalam Twitter
** trending topic: topik yang sedang hangat dibicarakan di dunia Twitter
*** retweet: mengulang isi tweet orang lain

12 komentar:

Muhammad Ilman Akbar mengatakan...

kalo saya paling sebel itu sama poin nomer 2.. kalo ada sesuatu kontroversi, orang asal aja komen tanpa ngerti latar belakang masalah.. atau asal aja komen, keluar dari inti masalah.. yg dikomenin malah orangnya, bukan ngritisin kebijakannya.. huff..

btw, mau usul mbak, lebih baik kalo kutipan tweetnya itu dikasih link ke URL statusnya langsung, biar valid. URL statusnya itu bisa dilihat di bacaan "about xx hours ago" di halaman profilenya :)

~ilmanakbar.dagdigdug.com

iRHoTeP mengatakan...

dampak jangka panjang membalas tweet orang dengan RT, padahal sudah ada fasilitas reply *sama halnya orang ngobrol di Wall padahal ada fasilitas PM hahahahae~!

RIRI SATRIA mengatakan...

Saya setuju dengan pemikiran pada tulisan di atas ... kebebasan (freedom) adalah sesuatu yang diperjuangkan, tetapi mengisi kebebasan itu memang perlu suatu sikap bijak (wisdom) dan ini hanya dibangun oleh diri kita masing-masing ...

salam
http://www.ririsatria.net

bundayazid mengatakan...

saya setuju banget dengan tulisannya, mbak! saya nggak terlalu ngikutin sih di twitter. cuma sempet baca beberapa tweetnya yang bersangkutan dan saya hanya berusaha memahami latar belakang keyakinan yang mengawali hashtag itu. tapi fenomena komentar asal nyamber tanpa cek&ricek ini sebetulnya terjadi juga di facebook. walaupun mungkin skalanya nggak sedahsyat di twitter. saya termasuk yang sering gemes kalau baca komentar asbun bin ngasal. apalagi kalau topiknya menyangkut perkara agama. kadang mereka nggak sadar dan kemakan omongan sendiri. protes dan nggak mau diperlakukan seperti anak kecil, tapi nggak mau bicara dengan bijaksana seperti orang dewasa. memang bener ya... lebih gampang melihat kuman di seberang lautan daripada gajah di pelupuk mata, hehehe... salam kenal ya, mbak...

Pitra mengatakan...

Sekedar tambahan. Saat seseorang meng-RT suatu pernyataan, lalu si penulis pernyataan awal melakukan koreksi, maka sebaiknya orang yang melakukan RT juga harus meng-RT-kan koreksi tersebut.

Itulah alasan mengapa fungsi RT resmi dari Twitter tidak membuat pembuat RT bisa memodifikasi isinya.

Rieka mengatakan...

@ilman:
URL dari isi tweet udah saya tambahkan.. Terimakasih masukannya...

@bundayazid:
Salam kenal juga bunda... ^^

@riri & me:
Retweet yang benar memang tidak menambahkan komentar apapun seperti fungsi Retweet resmi di Twitter... Namun kebanyakan aplikasi pihak ketiga seperti UbberTwitter atau Hootsuite memungkinkan kita untuk menambah isi tulisan...

Fakhrul mengatakan...

Terlepas dari hal2 diatas...

di sisi lain, gini lo mbak...

Kenapa orang2 pada langsung reaktif karena mereka aware dan langsung nyambung dengan topik ini... ?
mungkin karena orang2 emang banyak yang memang udah bosan dan jengah dengan fatwa2 MUI, dan secara spontan menyampaikan kekesalan mereka. MUI itu skrg sudah identik dengan term "pengharaman"... yang menurut hemat saya memang berlebihan dan terkadang tidak penting.
seharusnya MUI juga lebih mawas diri, sebagai pengayom Umat ISlam di Indonesia, MUI harus bisa menjaga kredibilitasnya di mata masyarakat juga...

Salam...

Arul...

Rieka mengatakan...

Halo arul, saya setuju kita perlu mengkritisi kebijakan yang aneh menurut pemikiran kita... Namun kita harus fokus dengan poin yang akan kita kritisi seperti yang saya jelaskan di poin 2...
Tentunya ada cara2 yang lebih baik dan efektif selain mencaci maki kan? Apakah dengan membuat lelucon dan cemooh di twitter akan kita bisa membuat perubahan terhadap segala kebijakan MUI?

Aulia mengatakan...

Semua kebebasan kadang membuat orang lain iri :)
Tapi satu atau mungkin banyak hal yang perlu diperhatikan, berkomentar lah sesui dengan porsi tidak melebih-lebih dari apa yang sedang terjadi.

Anonim mengatakan...

jadi lebih banyakan oot-nya ya :D

Aing mengatakan...

moga2 mereka banyak membaca postingan kek gini hehe..thanks bwt kiprahnya ni

Anonim mengatakan...

Wah sudah lama nggak baca personal blog. Mangstabh tulisannya.

Yeah, kita harus smart saat bertwitter ria, smart dalam ngetweet, smart dalam memilih orang yang kita ikuti dsb.

Yang paling fatal, ketika kita ngetweet tanpa referensi yang jelas. Kalau folower kita aktif, pasti udah diajakin twitwar tuh.

Tweet bisa menjadi hal yang cukup penting. Terutama bagi selebtweet yang memiliki pengikut ribuan, segala tindak-tanduknya bakalan dipantau orang banyak.

Seperti halnya ngeblog, biasakanlah riset — meskipun kecil-kecilan, minimal Googling-lah — sebelum menulioskan sesuatu untuk publik.

btw, ini mau komentar aja susah, gak ada pilihan nama & URL yah... :(

Posting Komentar