7 Mar 2010

Best Birthday & Anniversary Gift

Kado teristimewa di hari ulang tahunku yang ke-27 & ulang tahun pernikahan kami yang ke-2 :

10 Februari 2010
Pertama kali testpack tanggal 10 Feb10, duh rasanya pengen loncat2 pas liat ada 2 garis disana.. Padahal waktu itu baru telat 3hari, tapi beneran ga sabar pengen tau karena saya hampir tidak pernah terlambat datang bulan. Rencana mau berahasia sama pak suami & mama papa sampai minggu depanpun buyar karena saya ga tahan untuk bagi2 berita ini... :p Respon suami saat saya kirimkan gambar testpack via bbm "itu apa?" "testpack bang" "iya tapi artinya apa?" "hihi positiiifff", langsunglah si abang nelpon & semua rasa campur aduk rasanya. Sorenya ke prof.Biben, dia sendiri ga percaya karena kami kan berencana untuk mencoba terapi baru untuk Adenomyosis yang saya derita. Dari USG perut beliau bilang belum terlihat kantung rahim, jadi beliau menyarankan saya tunggu 2minggu lagi sambil minum vitamin yang beliau resepkan. Duh nunggu 2minggu itu rasanya lamaaaaa banget, begi tiba harinya saya pake testpack lagi dan hasilnya tetap POSITIF!
24 Februari 2010

Alhamdulillah ya Allah, tiada satupun yang terjadi tanpa izin dari-Mu...
Smoga janin di kandungan ini selalu sehat & lancar hingga kelahirannya kelak... Amin...

Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah....

16 Feb 2010

Antara Pemerintah Dan Orangtua...


Sesekali berdiskusi serius diluar masalah pribadi dengan suami memberikan warna tersendiri dalam kehidupan berumah tangga... Tidak selalu harus saling setuju, terkadang kami juga beradu argumen... :) Nah hari minggu lalu kami sempat membahas soal aturan dalam kehidupan sosial.. Kami anti pengekangan, tapi kami juga lebih anti hidup tanpa aturan... Habis berdiskusi ternyata si abang mengirimkan bahasan kami di email, berikut isi emailnya smoga bisa jadi bahan renungan sama-sama... 
Couldn't agree more... 
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Menjadi pemerintah di sebuah negara seperti menjadi orangtua yang mempunyai sangat banyak keturunan. Angka natality yang lebih tinggi dari mortality menunjukkan keturunannya lebih banyak yang muda (bahkan bayi) daripada orang dewasa. Anak-anak yang telah dewasa terkadang sibuk dengan dunianya sendiri, dgn sedikit memberi masukan pada orangtua tntang banyak hal tapi sedikit waktu untuk menemani si kecil untuk tumbuh besar. Apakah si kecil harus belajar sndiri memegang api untuk tau panasnya, apakah harus teriris pisau untuk tau tajamnya. Disanalah tanggung jawab orangtua untuk memadamkan kompor dan menyimpan pisau di tempat yg aman, ataupun menutup pintu saat si kecil asik belajar merangkak dan meletakkan si kecil di box agar tidak digigit semut di lantai ataupun menabrak meja saat orangtua sibuk memasak..

Biarlah orangtua membuat berbagai aturan agar si anak dewasa tidak meletakkan pisau sembarangan, tidak membiarkan kompor menyala ataupun membiarkan pintu terbuka saat keluar rumah agar si kecil tidak memegang api ataupun pisau, dan
keluar dari pintu rumah sendiri tanpa ia mengerti apa yg ada di luar..

Dan biarlah aturan itu ada untuk menjaga si kecil si kecil berikutnya.. kecuali anak-anak yang dewasa punya waktu untuk ikut menjaga si kecil dari mulai si kecil terbangun sampai si kecil terlelap.. Bila tidak, biarlah orangtua yang menjaganya dengan aturan-aturan itu..

Anak-anak yg telah dewasa hendaknya ikut brperan memberi masukan dan mengingatkan apabila orangtua telah keluar dari batasan nilai yg merupakan jati diri keluarga itu dalam membuat aturan, tapi bukan berarti aturan itu dihilangkan karena masih banyak anak-anak yg butuh aturan untuk membatasi ruang gerak dalam ketidak atau kebelumtauannya..

Bukankah sebuah konsep rumah adalah tidak hanya tempat tinggal tapi juga prlindungan orang-orang di dalamnya dari bahaya luar yang terkadang tak diduga dan bahkan tak disadari.. Bukankah kebebasan setiap anak dalam sebuah keluarga dapat saling bersinggungan yang oleh karena itu dibuatlah aturan-aturan berdasarkan nilai-nilai yang merupakan jati diri agar suatu keluarga itu tetap bernillai.. Bila tidak, maka kita tidak hanya telah melupakan kakek nenek yang telah bersusah payah membuat dan membangun keluarga ini agar mempunyai nilai dan diakui jati dirinya tapi kita juga membuat keluarga ini seperti hutan belantara yg tanpa nilai dan tanpa aturan..

14 Feb 2010

Atas Nama Kebebasan Nge-Tweet

Saya termasuk orang yang merasakan manfaat dari Twitter. Saya bisa mendapatkan berita terbaru dari tweet* portal berita, kabar dari tweet selebritis, ilmu dari tweet para pakar, bahkan saya juga jadi tau dimana lokasi restoran paling enak hanya dengan bertanya lewat Twitter. Dengan batasan 140 karakter, pemilik akun Twitter bebas menuliskan apapun yg dia inginkan, begitupun orang lain juga bebas membaca dan menyerap apapun dari Twitter. Sayangnya kebebasan ini seringkali tidak diikuti dengan kedewasaan, menelan mentah2 info dari Twitter lalu menyebarkannya ke orang lain atau membuat topik yg sensitif adalah contohnya...

Yang paling baru adalah kehebohan di dunia Twitter sore kemarin (13/02/10). Berawal dari rumor tentang wacana fatwa haram MUI Sumsel terhadap aerobik, kemudian salah satu selebriti online @rezagunawan menulis "Tweeps, kita bermain topik baru yuk, "ayo tebak, menurut anda, hal apa berikut yg akan diharamkan MUI dan alasannya"#MUINextHaram". Langsung saja followernya yang jumlahnya ribuan itu ikut serta dalam topik #MUINextHaram. Beberapa selebriti seperti @deelestari dan @jokoanwar turut aktif berpartisipasi. Niat awalnya memang bercanda, tapi kemudian banyak isi tweet ini yang mengarah ke SARA. Dan yang paling menyedihkan, topik ini kemudian bertengger dengan anggunnya di dalam daftar trending topic**. Apakah saya bangga topik pembicaraan orang Indonesia masuk dalam jajaran topik yang paling banyak dibicarakan di ranah Twitter sedunia? TIDAK!! Apa yang bisa dibanggakan dari pembicaraan penuh lelucon tidak lucu dan mengarah ke SARA?

Yang lebih membuat saya sedih, partisipannya justru orang2 yang mengaku muslim!! Saya yakin, penganut agama apapun tidak akan terima jika agama dan organisasi agama mereka dijadikan lelucon apalagi oleh penganutnya sendiri! Lelucon sarcastic tidak akan pernah menjadi solusi, melainkan hanya membuat permasalahan jadi melebar...

Membaca isi Twitter dibawah topik #MUINextHaram membuat saya semakin sedih...
Sekarang coba kita bahas sisi tidak dewasa pengguna Twitter yg turut serta dalam #MUINextHaram menurut saya...

1. Tidak mengecek latar belakang berita
Wacana fatwa haram terhadap aerobik datang dari MUI Sumatera Selatan. Ini bentuknya masih wacana dan belum diputuskan oleh MUI pusat, sehingga kita juga tidak bisa menjudge dan mencemooh MUI secara keseluruhan. Bukankah menyebarkan berita yang salah bisa jadi fitnah?

2. Keluar dari konteks
Sering kali kita terlalu reaktif terhadap suatu masalah dan kemudian memperluas topik sehingga lari dari topik sebenarnya. Memprotes kebijakan tapi kemudian sibuk mengolok-ngolok si pembuat kebijakan, langsung menolak seluruh kebijakan padahal masalahnya hanya pada satu poin, membuat lelucon2 yang memancing masalah baru... Yang kita protes adalah poin "aerobik haram", mari fokus disitu... Cari tau apa dibalik itu, lalu berikan argumen & alternatif solusi kita tentang topik itu...

3. Latah karena pesohor
Karena topik ini datang dari seorang selebriti, kemudian orang banyak yg merasa keren dengan ikut2an tanpa menyaringnya terlebih dahulu... Ya ampun, pesohor juga manusia biasa... Apa yang mereka ucapkan tidak selalu benar dan keren, saringlah yang bermanfaat saja.. Masing-masing kita bertanggung jawab atas apa yang kita ucapkan & sebarkan meskipun itu cuma hasil mengutip ucapan orang lain...

Pada kasus lain, bertwitter juga memberikan efek permainan kata berantai. Apa yang diucapkan orang pertama bisa berbeda sampainya di orang terakhir... Contohnya: tweet si a"aktor ganteng meninggal karena over dosis, bener ga sih?", lalu si b retweet*** "hahhhhh,seriussss?!! aduh gw ngefans banget sama dia.....RT @a aktor ganteng meninggal karena over dosis, bener ga sih?", lalu si c ikut retweet "Beneran? Beritanya darimana? RT @b hahhhhh,seriussss?!! aduh gw ngefans banget sama dia......RT @a artis ganteng meninggal karena over dosis. Dan hilanglah kata "bener ga sih" di akhir kalimat... Pesan moralnya, selalu cek kalimat tweet kits sekalipun itu sebuah retweet.. :)

Tadi malam, tokoh online pak @nukman berkata "sekali dilepas pembuatnya, teks bukan menjadi miliknya, tapi milik publik dan terserah mrk membangun konteksnya". Itu poinnya!! Kita ga bisa mengatur pikiran orang lain, tapi kita bisa ngatur pikiran kita sendiri!! Sebelum melemparkan suatu isu berpikirlah terlebih dahulu.. Be wise...

Kita sering berkoar-koar atas nama kebebasan, sebenarnya kebebasan seperti apa yang kita inginkan? Kebebasan tanpa aturan? Saat seseorang menuntut kebebasan, maka ada kebebasan orang lain yang ia langgar. Seseorang bisa menuntut kebebasannya untuk merokok dimana saja, disaat yang sama dia telah melanggar kebebasan orang lain untuk menghirup udara segar. Seseorang bisa menuntut kebebasannya berpendapat semaunya, disaat yang sama ia melanggar kebebasan orang lain untuk dihargai. Selama kita hidup berinteraksi satu sama lain, maka disana akan selalu ada batasan...

Pengguna internet di Indonesia memang baru 10% dari total penduduk, tentu harapannya ada di pada kita yang aktif berinternet untuk bisa memberikan contoh pada masyarakat lainnya bagaimana berinternet dengan sehat....
Mumpung ini hari kasih sayang, yuk kita mulai nge-tweet dengan bebas namun tetap bertanggung jawab demi Indonesia yang lebih baik... ^^

*tweet: sebutan untuk postingan dalam Twitter
** trending topic: topik yang sedang hangat dibicarakan di dunia Twitter
*** retweet: mengulang isi tweet orang lain

10 Feb 2010

Alhamdulillah...

Ya Allah,
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui apa-apa yang terbaik bagi kami...
Berikanlah kami kesabaran dan keikhlasan...
Amin...

31 Jan 2010

Dokter yang cocok...

Entah sudah berapa banyak dokter kandungan yang pernah saya datangi... Mulai dari zaman SMA, kuliah hingga masa2 bekerja di Jakarta, kesemuanya saya datangi karena masalah yang sama: nyeri haid berat... Kalau dihitung-hitung mungkin sudah lebih dari 10 dokter, namun sampai hari ini saya belum juga menemukan dokter yang pas... Kata orang, milih dokter itu cocok2an... Cocok untuk satu orang belum tentu untuk orang lainnya... Lalu pertanyaannya apa sih kriteria cocok menurut saya?

Saya suka sama dokter yang mau mendengarkan, tidak terburu-buru dan bisa memotivasi pasien. Sebelum didiagnosa endometriosis, semua dokter yang pernah saya datangi hanya memberikan penahan sakit dengan motivasi "nanti kalo sudah menikah pasti sembuh". Sudah khatamlah dikasih berbagai penahan sakit, tapi si nyeri ternyata masih terus datang bahkan dalam durasi yang lebih panjang dan terus berlanjut setelah saya menikah.

Akhir 2008 saya berobat dengan profesor yang ahli dalam hal infertilitas & masalah haid di Jakarta. Ia pula yang menangani saya saat menjalankan operasi laparoskopi. Setelah operasi dia bilang "diagnosanya Adenomyosis, obatnya memang hamil. tapi dalam banyak kasus ia membuat susah hamil. kalo di luar negeri kasus seperti ini biasanya rahimnya di angkat." walaupun kemudian ia berusaha menegarkan dengan kata-kata seputar doa dan ketentuan Allah SWT, tetap saja saya langsung down.... Pada konsultasi berikutnya, beliau juga cenderung terburu-buru dalam menjawab setiap pertanyaan. Kesannya seperti "udah deh ikutin aja apa kata saya, ga usah banyak tanya". Mmmm, tipically dokter yang sudah terkenal & sibuk...

Setelah itu saya pindah kerja ke Bandung karena ingin lebih fokus berobat. Sebenarnya dokter di Jakarta menyuruh saya terapi suntik hormon selama 6 bulan pasca operasi. Namun saya ragu, karena dulu saya juga sudah pernah mengkonsumsi obat hormon, toh setelah obatnya selesai nyerinya datang lagi. Belum lagi omongan orang2 kalo suntik hormon itu ga bagus. Maka dengan berbagai pertimbangan, saya putuskan berobat alternatif saja. Hingga Juli 2009 saya benar2 hanya mengandalkan alternatif, saya coba obat herbal, jamu godokan hingga akunpuntur. Selama itu pula si nyeri tidak benar2 hilang, hanya berkurang sedikiitttt.. Lalu terapis akupuntur saya menyarankan saya untuk usg lagi di dokter kandungan.

Kali ini saya berkonsultasi dengan dokter kandungan perempuan yang masih muda. Mungkin karena usia kami hanya terpaut sekitar 6-7th, diskusi kami jadi terasa lebih santai. Ia berhasil meyakinkan saya untuk tetap terapi suntik hormon selama 3 bulan sambil tetap menjalani akupuntur. Ditengah-tengah itu ia juga menyarankan saya untuk tes persiapan kehamilan seperti HSG dan tes hormon. Hasil HSG Alhamdulillah baik, namun hasil cek darah menunjukkan hormon prolaktin yang sangat tinggi. "Hormon ini biasanya dimiliki ibu hamil. Jika tidak sedang hamil, dikhawatirkan adanya massa di batang otak." begitu penjelasan dokter lewat telpon. Jelas saja ini bikin saya panik, masalah endometriosis belum selesai kok datang masalah baru... Lalu sayapun menjalani CT Scan untuk melihat batang otak, Alhamdulillah tidak ada yang terlalu mengkhawatirkan... Si dokter kemudian menawarkan suntik hormon yang lain untuk menurunkan kadar prolaktin. Langsung saja saya tolak, sudah cukup suntik2 hormon ini, saya kembali fokus akupuntur saja... Bulan lalu saya cek darah lagi, Alhamdulillah prolaktin saya normal, padahal saya ga minum obat apapun... Lalu seorang dokter senior berkata "harusnya kamu cek 2 kali kalau ada angka yang aneh sebelum ambil tindakan". Huff, dokter muda memang asyik diajak ngobrol, tapi bagi saya dia terlalu reaktif dalam mengambil tindakan hingga saya malah merasa jadi kelinci percobaan...

Dari beberapa alternatif yang saya coba, akupuntur yang paling banyak membawa perubahan. Nyeri saat haid di hari ke-4 sampai selesai sudah tidak terasa, namun nyeri pasca haid dari hari ke-7 hingga ke-14 masih terasa. Atas referensi teman orangtua, saya juga berobat alternatif ke Pemalang. Minggu lalu, saya mulai mencari lagi referensi dokter kandungan yang ahli dalam kasus endometriosis. Dari hasil googling dan bertanya di facebook, saya mendapat nama Prof.dr. Achmad Biben, Sp.OG. Sengaja saya atur tanggal ke dokternya pas suami cuti biar bisa minta temenin... :p

Hari Sabtu kemarin, saya dan suami pergi konsultasi ke rumah sekaligus tempat Prof.dr. Achmad Biben membuka klinik kebidanan di Jl.Maskumambang. Dokter Biben sudah tua, usianya sekitar 70 tahun. Begitu masuk ruang periksa, kami menjelaskan sejarah sakit saya. Semua data2 kami bawa, hasil usg, hsg, cek darah dan berkas operasi dulu. Yang bikin takjub, beliau benar-benar mendengarkan setiap penjelasan kami. Apa saja berkas yang saya sodorkan diamatinya dengan seksama (asumsi saya tentang dokter terkenal tidak berlaku pada beliau :p).. Saat saya bercerita saya tidak menjalankan suntik hormon, beliau tidak menyalahkan. Begitu pula saat beliau tau kalo suami saya kerja di luar kota dengan jadwal cuti 6 minggu sekali, beliau tidak berkomentar seperti dokter lainnya. Kemudian beliau meresepkan obat untuk sebulan, obat ini bertujuan menekan estrogen dari pembentuknya. Jadi selama mengkonsumsi ini saya tidak mungkin hamil dulu, setelah sebulan akan dievaluasi rasa nyerinya. Sambil menuliskan resep, beliau juga menjawab pertanyaan saya satu persatu dengan sabar.

Ini beberapa pertanyaan saya pada beliau:
a) Apa benar endometriosis membuat susah hamil?
Memang banyak kasus seperti itu, tapi sampai saat ini belum ada hubungan yang pasti diantara keduanya...
b) Apa saya harus operasi laparoskopi lagi?
Beberapa kasus endometriosis tetap tidak bisa diatasi lewat laparoskopi. Jika lokasinya di bagian belakang rahim, tidak akan terlihat saat laparoskopi.
c) Apa yang harus saya fokuskan, berobat dulu atau program hamil?
Sekarang yang penting kualitas hidup dulu yang diutamakan... Rasa nyeri yang berkepanjangan pasti sangat mengganggu aktivitas dan mental kamu kan? *huaa bener bangett!!* Jadi, sekarang kita fokus menghilangkan rasa nyeri itu, nanti kalau kualitas hidup kamu sudah baik baru kita programkan untuk hamil...
d) Program hamil untuk penderita endometriosis sebaiknya bagaimana?
Jika nanti cara alami susah, kita bisa mencoba bayi tabung. Syaratnya kondisi rahim dan sperma sama-sama baik...
e) Mmm, saya dan suami kemarin berhubungan di masa subur dok, obatnya gimana ya dok? Mana tau jadi... hehehe *nyengir*
Oo, kalo gitu kamu mulai makan obatnya mulai hari pertama haid saja...

Ga terasa, kami hampir sejam di ruang periksa. Saya sama sekali tidak diperiksa, hanya ngobrol2 saja tapi rasanya ploooongggg banget.....
Tidak ada hal baru yang diberitahukan dokter pada kami, tapi cara beliau mendengarkan dan memberikan kalimat yang positif membuat kami sangat senang...

Haahhhhh, smoga kami berjodoh dengan dokter ini... Aminnn...
Smangatttt!!! ^^