Saya termasuk orang yang merasakan manfaat dari Twitter. Saya bisa mendapatkan berita terbaru dari tweet* portal berita, kabar dari tweet selebritis, ilmu dari tweet para pakar, bahkan saya juga jadi tau dimana lokasi restoran paling enak hanya dengan bertanya lewat Twitter. Dengan batasan 140 karakter, pemilik akun Twitter bebas menuliskan apapun yg dia inginkan, begitupun orang lain juga bebas membaca dan menyerap apapun dari Twitter. Sayangnya kebebasan ini seringkali tidak diikuti dengan kedewasaan, menelan mentah2 info dari Twitter lalu menyebarkannya ke orang lain atau membuat topik yg sensitif adalah contohnya...
Yang paling baru adalah kehebohan di dunia Twitter sore kemarin (13/02/10). Berawal dari rumor tentang wacana fatwa haram MUI Sumsel terhadap aerobik, kemudian salah satu selebriti online @rezagunawan menulis "Tweeps, kita bermain topik baru yuk, "ayo tebak, menurut anda, hal apa berikut yg akan diharamkan MUI dan alasannya"#MUINextHaram". Langsung saja followernya yang jumlahnya ribuan itu ikut serta dalam topik #MUINextHaram. Beberapa selebriti seperti @deelestari dan @jokoanwar turut aktif berpartisipasi. Niat awalnya memang bercanda, tapi kemudian banyak isi tweet ini yang mengarah ke SARA. Dan yang paling menyedihkan, topik ini kemudian bertengger dengan anggunnya di dalam daftar trending topic**. Apakah saya bangga topik pembicaraan orang Indonesia masuk dalam jajaran topik yang paling banyak dibicarakan di ranah Twitter sedunia? TIDAK!! Apa yang bisa dibanggakan dari pembicaraan penuh lelucon tidak lucu dan mengarah ke SARA?
Yang lebih membuat saya sedih, partisipannya justru orang2 yang mengaku muslim!! Saya yakin, penganut agama apapun tidak akan terima jika agama dan organisasi agama mereka dijadikan lelucon apalagi oleh penganutnya sendiri! Lelucon sarcastic tidak akan pernah menjadi solusi, melainkan hanya membuat permasalahan jadi melebar...
Membaca isi Twitter dibawah topik #MUINextHaram membuat saya semakin sedih...
Sekarang coba kita bahas sisi tidak dewasa pengguna Twitter yg turut serta dalam #MUINextHaram menurut saya...
1. Tidak mengecek latar belakang berita
2. Keluar dari konteks
Sering kali kita terlalu reaktif terhadap suatu masalah dan kemudian memperluas topik sehingga lari dari topik sebenarnya. Memprotes kebijakan tapi kemudian sibuk mengolok-ngolok si pembuat kebijakan, langsung menolak seluruh kebijakan padahal masalahnya hanya pada satu poin, membuat lelucon2 yang memancing masalah baru... Yang kita protes adalah poin "aerobik haram", mari fokus disitu... Cari tau apa dibalik itu, lalu berikan argumen & alternatif solusi kita tentang topik itu...
3. Latah karena pesohor
Karena topik ini datang dari seorang selebriti, kemudian orang banyak yg merasa keren dengan ikut2an tanpa menyaringnya terlebih dahulu... Ya ampun, pesohor juga manusia biasa... Apa yang mereka ucapkan tidak selalu benar dan keren, saringlah yang bermanfaat saja.. Masing-masing kita bertanggung jawab atas apa yang kita ucapkan & sebarkan meskipun itu cuma hasil mengutip ucapan orang lain...
Pada kasus lain, bertwitter juga memberikan efek permainan kata berantai. Apa yang diucapkan orang pertama bisa berbeda sampainya di orang terakhir... Contohnya: tweet si a"aktor ganteng meninggal karena over dosis, bener ga sih?", lalu si b retweet*** "hahhhhh,seriussss?!! aduh gw ngefans banget sama dia.....RT @a aktor ganteng meninggal karena over dosis, bener ga sih?", lalu si c ikut retweet "Beneran? Beritanya darimana? RT @b hahhhhh,seriussss?!! aduh gw ngefans banget sama dia......RT @a artis ganteng meninggal karena over dosis. Dan hilanglah kata "bener ga sih" di akhir kalimat... Pesan moralnya, selalu cek kalimat tweet kits sekalipun itu sebuah retweet.. :)
Kita sering berkoar-koar atas nama kebebasan, sebenarnya kebebasan seperti apa yang kita inginkan? Kebebasan tanpa aturan? Saat seseorang menuntut kebebasan, maka ada kebebasan orang lain yang ia langgar. Seseorang bisa menuntut kebebasannya untuk merokok dimana saja, disaat yang sama dia telah melanggar kebebasan orang lain untuk menghirup udara segar. Seseorang bisa menuntut kebebasannya berpendapat semaunya, disaat yang sama ia melanggar kebebasan orang lain untuk dihargai. Selama kita hidup berinteraksi satu sama lain, maka disana akan selalu ada batasan...
Pengguna internet di Indonesia memang baru 10% dari total penduduk, tentu harapannya ada di pada kita yang aktif berinternet untuk bisa memberikan contoh pada masyarakat lainnya bagaimana berinternet dengan sehat....
Mumpung ini hari kasih sayang, yuk kita mulai nge-tweet dengan bebas namun tetap bertanggung jawab demi Indonesia yang lebih baik... ^^
*tweet: sebutan untuk postingan dalam Twitter
** trending topic: topik yang sedang hangat dibicarakan di dunia Twitter
*** retweet: mengulang isi tweet orang lain