31 Jan 2010

Dokter yang cocok...

Entah sudah berapa banyak dokter kandungan yang pernah saya datangi... Mulai dari zaman SMA, kuliah hingga masa2 bekerja di Jakarta, kesemuanya saya datangi karena masalah yang sama: nyeri haid berat... Kalau dihitung-hitung mungkin sudah lebih dari 10 dokter, namun sampai hari ini saya belum juga menemukan dokter yang pas... Kata orang, milih dokter itu cocok2an... Cocok untuk satu orang belum tentu untuk orang lainnya... Lalu pertanyaannya apa sih kriteria cocok menurut saya?

Saya suka sama dokter yang mau mendengarkan, tidak terburu-buru dan bisa memotivasi pasien. Sebelum didiagnosa endometriosis, semua dokter yang pernah saya datangi hanya memberikan penahan sakit dengan motivasi "nanti kalo sudah menikah pasti sembuh". Sudah khatamlah dikasih berbagai penahan sakit, tapi si nyeri ternyata masih terus datang bahkan dalam durasi yang lebih panjang dan terus berlanjut setelah saya menikah.

Akhir 2008 saya berobat dengan profesor yang ahli dalam hal infertilitas & masalah haid di Jakarta. Ia pula yang menangani saya saat menjalankan operasi laparoskopi. Setelah operasi dia bilang "diagnosanya Adenomyosis, obatnya memang hamil. tapi dalam banyak kasus ia membuat susah hamil. kalo di luar negeri kasus seperti ini biasanya rahimnya di angkat." walaupun kemudian ia berusaha menegarkan dengan kata-kata seputar doa dan ketentuan Allah SWT, tetap saja saya langsung down.... Pada konsultasi berikutnya, beliau juga cenderung terburu-buru dalam menjawab setiap pertanyaan. Kesannya seperti "udah deh ikutin aja apa kata saya, ga usah banyak tanya". Mmmm, tipically dokter yang sudah terkenal & sibuk...

Setelah itu saya pindah kerja ke Bandung karena ingin lebih fokus berobat. Sebenarnya dokter di Jakarta menyuruh saya terapi suntik hormon selama 6 bulan pasca operasi. Namun saya ragu, karena dulu saya juga sudah pernah mengkonsumsi obat hormon, toh setelah obatnya selesai nyerinya datang lagi. Belum lagi omongan orang2 kalo suntik hormon itu ga bagus. Maka dengan berbagai pertimbangan, saya putuskan berobat alternatif saja. Hingga Juli 2009 saya benar2 hanya mengandalkan alternatif, saya coba obat herbal, jamu godokan hingga akunpuntur. Selama itu pula si nyeri tidak benar2 hilang, hanya berkurang sedikiitttt.. Lalu terapis akupuntur saya menyarankan saya untuk usg lagi di dokter kandungan.

Kali ini saya berkonsultasi dengan dokter kandungan perempuan yang masih muda. Mungkin karena usia kami hanya terpaut sekitar 6-7th, diskusi kami jadi terasa lebih santai. Ia berhasil meyakinkan saya untuk tetap terapi suntik hormon selama 3 bulan sambil tetap menjalani akupuntur. Ditengah-tengah itu ia juga menyarankan saya untuk tes persiapan kehamilan seperti HSG dan tes hormon. Hasil HSG Alhamdulillah baik, namun hasil cek darah menunjukkan hormon prolaktin yang sangat tinggi. "Hormon ini biasanya dimiliki ibu hamil. Jika tidak sedang hamil, dikhawatirkan adanya massa di batang otak." begitu penjelasan dokter lewat telpon. Jelas saja ini bikin saya panik, masalah endometriosis belum selesai kok datang masalah baru... Lalu sayapun menjalani CT Scan untuk melihat batang otak, Alhamdulillah tidak ada yang terlalu mengkhawatirkan... Si dokter kemudian menawarkan suntik hormon yang lain untuk menurunkan kadar prolaktin. Langsung saja saya tolak, sudah cukup suntik2 hormon ini, saya kembali fokus akupuntur saja... Bulan lalu saya cek darah lagi, Alhamdulillah prolaktin saya normal, padahal saya ga minum obat apapun... Lalu seorang dokter senior berkata "harusnya kamu cek 2 kali kalau ada angka yang aneh sebelum ambil tindakan". Huff, dokter muda memang asyik diajak ngobrol, tapi bagi saya dia terlalu reaktif dalam mengambil tindakan hingga saya malah merasa jadi kelinci percobaan...

Dari beberapa alternatif yang saya coba, akupuntur yang paling banyak membawa perubahan. Nyeri saat haid di hari ke-4 sampai selesai sudah tidak terasa, namun nyeri pasca haid dari hari ke-7 hingga ke-14 masih terasa. Atas referensi teman orangtua, saya juga berobat alternatif ke Pemalang. Minggu lalu, saya mulai mencari lagi referensi dokter kandungan yang ahli dalam kasus endometriosis. Dari hasil googling dan bertanya di facebook, saya mendapat nama Prof.dr. Achmad Biben, Sp.OG. Sengaja saya atur tanggal ke dokternya pas suami cuti biar bisa minta temenin... :p

Hari Sabtu kemarin, saya dan suami pergi konsultasi ke rumah sekaligus tempat Prof.dr. Achmad Biben membuka klinik kebidanan di Jl.Maskumambang. Dokter Biben sudah tua, usianya sekitar 70 tahun. Begitu masuk ruang periksa, kami menjelaskan sejarah sakit saya. Semua data2 kami bawa, hasil usg, hsg, cek darah dan berkas operasi dulu. Yang bikin takjub, beliau benar-benar mendengarkan setiap penjelasan kami. Apa saja berkas yang saya sodorkan diamatinya dengan seksama (asumsi saya tentang dokter terkenal tidak berlaku pada beliau :p).. Saat saya bercerita saya tidak menjalankan suntik hormon, beliau tidak menyalahkan. Begitu pula saat beliau tau kalo suami saya kerja di luar kota dengan jadwal cuti 6 minggu sekali, beliau tidak berkomentar seperti dokter lainnya. Kemudian beliau meresepkan obat untuk sebulan, obat ini bertujuan menekan estrogen dari pembentuknya. Jadi selama mengkonsumsi ini saya tidak mungkin hamil dulu, setelah sebulan akan dievaluasi rasa nyerinya. Sambil menuliskan resep, beliau juga menjawab pertanyaan saya satu persatu dengan sabar.

Ini beberapa pertanyaan saya pada beliau:
a) Apa benar endometriosis membuat susah hamil?
Memang banyak kasus seperti itu, tapi sampai saat ini belum ada hubungan yang pasti diantara keduanya...
b) Apa saya harus operasi laparoskopi lagi?
Beberapa kasus endometriosis tetap tidak bisa diatasi lewat laparoskopi. Jika lokasinya di bagian belakang rahim, tidak akan terlihat saat laparoskopi.
c) Apa yang harus saya fokuskan, berobat dulu atau program hamil?
Sekarang yang penting kualitas hidup dulu yang diutamakan... Rasa nyeri yang berkepanjangan pasti sangat mengganggu aktivitas dan mental kamu kan? *huaa bener bangett!!* Jadi, sekarang kita fokus menghilangkan rasa nyeri itu, nanti kalau kualitas hidup kamu sudah baik baru kita programkan untuk hamil...
d) Program hamil untuk penderita endometriosis sebaiknya bagaimana?
Jika nanti cara alami susah, kita bisa mencoba bayi tabung. Syaratnya kondisi rahim dan sperma sama-sama baik...
e) Mmm, saya dan suami kemarin berhubungan di masa subur dok, obatnya gimana ya dok? Mana tau jadi... hehehe *nyengir*
Oo, kalo gitu kamu mulai makan obatnya mulai hari pertama haid saja...

Ga terasa, kami hampir sejam di ruang periksa. Saya sama sekali tidak diperiksa, hanya ngobrol2 saja tapi rasanya ploooongggg banget.....
Tidak ada hal baru yang diberitahukan dokter pada kami, tapi cara beliau mendengarkan dan memberikan kalimat yang positif membuat kami sangat senang...

Haahhhhh, smoga kami berjodoh dengan dokter ini... Aminnn...
Smangatttt!!! ^^